Tamiang Layang, eksposia.com – Pertengahan bulan Agustus hingga September, dalam hitungan konvensional, memang masih di sesi musim kemarau. Tapi nyatanya, frekuensi hujan di Kabupaten Barito Timur masih terbilang tinggi. Nyarissetiap hari hujan selalu turun, bahkan tidak jarang curah hujan deras sekali disertai kilatan petir.
Ada sisi sedihnya, karena para penyadap karet seringkali n tak jadi menyadap karena seringnya hujan. Namun di sisi lain, hujan di bulan September memberikan manfaat lain. Misalnya ketersediaan air untuk tanaman seperti padi, hingga a tanaman jadi subur akibat hujan yang sering turun. Tentunya, ini bisa meningkatkan potensi hasil panen.
Meski demikian, ada risiko seperti kelembaban berlebih, yang berpotensi memicu hama dan penyakit. Dan tanaman jadi rusak akibat banjir, serta sinar matahari jadi kurang sehingga proses fotosintesa pun turun. Kemungkinan lain, petani jadi gagal panen, akibat lahan terlalu lembab dan tergenang.
“Dari buku-buku pertanian yang say abaca dan kebanyakan pengalaman saya bertani, lahan yang terlalu lembap atau tergenang, dapat mengganggu penyerapan hara. Selain itu, menurunkan proses fotosintesis dan menyebabkan gagal panen. Biasanya yang banyak terjadi, adalah pada komoditas seperti jagung dan kacang-kacangan. Tapi kalau untuk tanaman seperti semangka atau melon sih bagus-bagus saja,” papar Adi S, penggarap lahan asal Jawa Tengah tadi (Selasa, 16/9/2025)/, yang kini menggarap lahan di Ampah, Kecamatan Dusun Tengah.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) RI sendiri mengimbau, seringnya hujan di bulan September, ada baiknya petani bisa mempercepat tanam. Hal ini berkaitan majunya awal musim tanam, sehingga upaya ketahanan pangan diharapkan dapat lebih diandalkan. YOK
sumber foto : repro; Adobe stock
Leave a Reply