Tamiang Layang, eksposia.com – Sempat berminggu-minggu tidak ada hujan, ditambah udara yang sangat menyengat, hampir seluruh wilayah Kabupaten Barito Timur mendadak diguyur hujan lebat. Dari udara yang semula panas, berubah drastic menjadi dingin.
Ternyata perubahan temperature ini berdampak pada ikan-ikan di kolam peliharaan “Terutama untuk ikan nila dan mas. Sepertinya mereka rentan terhadap kondisi air dan cuaca yang berubah drastis,” tutur A Syelindra, warga Desa Rodok, Kecamatan Dusun Tengah, di mana banyak ikan nila merahnya mati satu persatu selama tiga hari ini. Padahal, bisa dikatakan ia siap panen sekitar satu atau dua minggu lagi.
Karlius, warga Kecamatan Dusun Timur, juga mengalami nasib sama. Ikan-ikan nila peliharaannya di kolam plastik, ditemui mati terapung pagi harinya. “Sebelumnya, mereka nampak baik-baik saja. Tahu-tahu mati,” keluhnya (3/7/2025)
Menuurt informasi dari berbagai sumber, ikan-ikan budidaya seperti nila, mas, gurami (kaloi) dan lele, memang sensitif terhadap perubahan udara yang drastis. Peristiwa di Waduk Cengklik, Boyolali, Jawa Tengah, beberapa waktu yang lalu, menunjukkan indikasi tersebut.
Perubahan cuaca yang ekstrim menyebabkan kematian massal pada ikan nila, terutama kalau perubahan itu, terjadi mendadak, dan ikan tak punya waktu untuk beradaptasi.
Dari laman klopakindonesia.com dikutip, bahwa pada dasarnya ikan adalah hewan berdarah dingin (ektotermik). Suhu tubuh mereka mengikuti suhu lingkungan, terutama suhu air. Ketika suhu air turun drastis, metabolisme ikan melambat. Hal ini berdampak pada aktivitas harian seperti makan, berenang, hingga pertahanan terhadap penyakit.
Para pembudidaya ikan, baik ikan yang ada di kolam terpal/plastik, maupun di kolam semen ataupun tanah, agaknya harus memperhatikan hal ini. Apalagi masih banyak pembudidaya pemula, yang masih belum terlalu banyak mengetahui seluk beluk pemeliharaan ikan. TYO
Ilustrasi foto ; ikan nila mati (sumber: i-stock)
Leave a Reply