Impian Besar sang Kreator Penggiat Seni dan Organisasi

Tamiang Layang, eksposia.com – Tahun 2014 akhir, boleh dibilang menjadi masa kegelisahan tertinggi Ariantho S Muler. Di mana ia merasa kiprahnya selama ini membina beberapa sanggar tari tradisional, juga kekosongannya bermain musik, seperti sebuah kerinduan yang membutuhkan tempat bernaung. Hingga akhirnya, di sela kesibukannya sebagai Wakil Ketua 1 DPRD Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah, dia pun mengonsep sebuah kelompok kreatif, yang mewadahi berbagai jenis kesenian.

Tanggal 24 Januari 2015, Ariantho pun mendeklarasikan Kelompok Seni Kreatif Nansarunai Jaya, yang kemudian diperjuangkannya untuk mendapatkan Surat Keputusan (SK) resmi sebagai legalitas formal, dari mulai Camat Dusun Tengah (lantaran sentral pembentukannya di sini), hingga Bupati Barito Timur.

Nansarunai Jaya (NJ) pelan tapi pasti bergulir menghasilkan beberapa langkah besar, seperti memproduksi ukir-ukiran, diorama mini rumah Suku Dayak dengan kehidupannya keseharian, pembuatan patung-patung hias, dekorasi taman, lukisan 3D dari bahan daur ulang dan lain-lain. Di mana publik menyaksikan pembuktian karya mereka pertama kalinya di Festival Sinode GKE 2015.

Tak hanya itu, dari divisi lain, misalnya Musik, menghasilkan album rekaman berbentuk Compact Disc (CD). Dengan judul sama dengan nama kelompok, dan juga grup bandnya, album “Nansarunai Jaya” menjadi satu-satunya album musisi Barito Timur yang mengusung warna rock dan pop, dengan lirik berbahasa Dayak Maanyan.

“Impian saya sejak kuliah dan ngeband dulu, punya album rekaman sendiri, akhirnya tergapai,” ujarnya saat itu, di momen berkumpul santai di rumah seorang warga eks transmigran, di Desa Turan Amis, Kecamatan Raren Batuah, Kabupaten Barito Timur, yang mengundangnya singgah.

Paska merilis film daerah pertama kali yang diproduksi komunitas NJ bersama Pemkab Bartim, secara cepat, personel yang tergabung pun bertambah pesat. Dari puluhan, berubah jadi ratusan. Dari beberapa jensi kegiatan, menjadi lebih banyak kelompok binaan. Format NJ yang semula mewadahi pegiat seni saja, meluas menjadi rumah bagi para pebakat. Ariantho pun terus menyokong banyak penggiat lainnya, seperti olahraga pencak silat/kuntau, karate, sepak takraw, mixed martial art (MMA), motor balap hingga kegiatan para guru.

“Saya masih punya mimpi besar, Mas. Bagaimana Barito Timur menjadi kabupaten yang tak hanya sistem  dan pemerintahannya mapan. Tapi juga kegiatan berkeseniannya mampu bersinergi dengan pembangunan. Anak-anak mudanya lebih banyak yang bisa kita arahkan, sehingga mempersempit celah angka pengangguran. Di lain sisi, para petani juga harus diberdayakan agar lebih punya kemandirian,” ,” paparnya saat ngobrol santai ditemani cangkir berisi kopi dan rokok tersaji, tadi (Minggu, 14/4/2024).

Menurut Ariantho, untuk bisa menggapai itu, satu caranya adalah berada di kendali pemerintahan. “Karena di situ kita punya wewenang penuh. Tapi tentunya, wewenang itu bukan sebuah keabsolutan. Otoritas, bukan otoriter. Untuk itu, seorang kepala daerah juga harus sudi mendengar masukan dari pihak lain, menghargai mereka yang berseberangan sekalipun, dan terus berinovasi,” imbuhnya dengan sorot mata yang mencerminkan sebuah keinginan besar.

Andai saja apa yang menjadi obsesinya ini tercapai, maka Barito Timur akan mempunyai harapan untuk lebih baik lagi. Mengutip perkataan Ariantho, tak perlu menengok ke belakang dan mencari siapa yang salah. Karena langkah ke depan, menata agar lebih baik lagi, itu jauh lebih penting. TYOK/NIA

====================================================================

DR ARIANTHO S MULER ST MM DI MATA MASYARAKAT KECIL

 (Alm) Rudi Hartono – Penarik becak,  warga Kel Ampah Kota, Kec Dusun Tengah:

“Pak Ariantho bukan sekadar politisi muda berpengalaman. Beliau punya visi, punya bukti jejak, dan bagi saya yang masyarakat kecil ini, beliau adalah figur pejabat publik yang mau menyapa siapa saja, dari dulu. Kira-kira 15 tahun lalu saya tahu beliau, ya begitulah orangnya. Tidak pernah berubah. Bisa datang ke undangan masyarakat biasa, duduk kumpul-kumpul minum kopi, tertawa-tawa, menyapa kami yang biasa mangkal di Bundaran Ampah. Saya pernah datang ke rumah beliau, sambutannya baik sekali. Waktu itu meminta pertolongan surat keterangan untuk anak tetangga yang yatim piatu. Beliau langsung bantu, bahkan memberikan jalan keluar yang bagus sekali. Padahal, saya dulu tidak memilih beliau dan beliau tahu itu. Dari situ saya kemudian berfikir, orang ini, sudah seharusnya sekarang ganti saya yang bantu. Tentu saja di momen Pemilu”

(sayang, keinginan Bang Rudi untuk berjuang bersama Ariantho S Muler harus pupus, karena Tuhan Yang Maha Kuasa telah memanggilnya. Dan saat mendengar kabar itu, Ariantho begitu terkejut. Ia langsung mengajak ke rumah almarhum seketika untuk melayat, namun kami beritahu jika Bang Rudi sudah seminggu lebih dimakamkan. Dan ada kesedihan terpancar di wajah Ariantho karena terlambat mendengar kabar wafatnya Bang Rudi..)

Samsudin – Swasta, warga Kel Tamiang Layang, Kec Dusun Tengah:

Wah, orangnya asyik juga. Saya kenalan dengan beliau, jabatan tangan erat dan senyumnya beda dengan pejabat lain. Saya merasakan hangat dan bersahabat. Asyik pokoknya ngobrol dengan beliau. Sayangnya, cuma sebentar. He he..”

 

Mang Asep – Pedagang, warga Desa Tampa Kec Paku :

Aduh? Pak Ariantho ya? Saya sering dengar tapi belum pernah ketemu orangnya. Ya, banyak sekali yang bilang, kalua beliau mah orangnya baik pisan. Ramah sama siapa saja. Anak saya kebetulan ikut latihan silat di perguruan yang juga beliau bina. Saya sih punya prinsip, kalau sifatnya kita mau cari uang di Pilkada nanti, gampang. Sebentar saja dapat. Tapi sebentar juga bakal hilang. Kita nggak bakal diperhatikan atau punya kesempatan bertemu. Pilih pimpinan yang figurnya punya pengalaman dan sifat mengayomi, kayak Pak Ariantho itu. Pokoknya, biar belum pernah ketemu, telinga saya dengar dari orang banyak, kalua beliau sosok yang merakyat. Rumahnya selalu terbuka bagi siapapun”

 

 

 

 

 

 

Leave a Reply